Redi, Panuju and Daniel, Susilo and Harliantara, Harliantara Cigarette as a Tool for Representing Masculinity in Indonesian Left-Wing Films. Jurnal Komunikasi Indonesia, VII (3). pp. 246-257. ISSN 2615-2894
Text
ilovepdf_merged(9).pdf Download (3MB) |
Abstract
Abstrak/Abstract Kata kunci/Keywords: Tulisan ini membahas representasi maskulinitas dalam film-film sayap kiri Indonesia, yang dibuat sebelum dan sesudah reformasi 1998. Film sayap kiri adalah film yang menceritakan tentang politik pada tahun 1965 dan berfokus fokus pada kontroversi Partai Komunis Indonesia (PKI). Beberapa film sayap kiri memposisikan PKI dan simpatisannya sebagai dalang di balik kudeta tahun 1965, tetapi ada juga yang menempatkan tokoh dan simpatisan komunis sebagai korban kekejaman pihak lain. Penelitian ini mempelajari tiga film, yaitu Pengkhianatan G30 S PKI, Sang Penari, dan Jagal-Act of Killing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hubungan yang didasarkan pada konsep hubungan kekuasaan. Penelitian ini menemukan bahwa rokok digunakan sebagai representasi maskulinitas tokoh-tokoh klasik dalam film-film sayap kiri Indonesia. Dalam semua film ini, rokok menjadi alat stigmatisasi bagi orang lain. Dalam film Pengkhianatan G 30 S / PKI, rokok digunakan untuk mewakili maskulinitas tokoh-tokoh terkemuka PKI, khususnya DN Aidit. Dalam film Sang Penari, seorang tokoh sentral bernama Bakar digambarkan sebagai seorang provokator komunis yang tidak dapat berhenti merokok. Sebaliknya Jagal, menggambarkan Anwar Kongo, ketua organisasi massa Pemuda Pancasila yang mengaku membantai lebih dari seribu komunis di Medan, dengan gambaran negatif. Kongo distigmatisasi oleh rokok yang selalu mengepul di mulutnya. This article discusses the representation of masculinity in Indonesian left-wing films, which were made before and after the 1998 reform. Left-wing films are those which tell about the politics in 1965 and focus on the controversial Indonesian Communist Party (PKI). Some of the left-wing films position the PKI and its sympathizers as the masterminds behind a coup d’etat occurred in 1965, but there are also those which place communist figures and sympathizers as victims of the savagery of others. This research studies three films, namely Pengkhianatan G30 S PKI, Sang Penari, and Jagal-Act of Killing. The method used in this research is a relationship analysis that based on power relations concept. The research finds that cigarettes are used as a representation of masculinity of classical figures in Indonesian left-wing films. In all of these films, cigarettes become a stigmatizing tool for others. In the film Pengkhianatan G 30 S / PKI, cigarette is used to represent the masculinity of PKI’s leading figures, especially DN Aidit. In the film Sang Penari, a central figure named Bakar is described as a communist provocator who cannot cease wanting cigarette as well. On the contrary, the Jagal, portrays Anwar Congo, chairman of mass organization Pancasila Youth which claimed to slaughter more than a thousand communists in Medan, in a negative way. Congo is stigmatized by cigarettes that always billowed in his mouth.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | A General Works > AI Indexes (General) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Komunikasi |
Depositing User: | iwan joko |
Date Deposited: | 24 Jan 2019 08:04 |
Last Modified: | 26 Mar 2019 07:39 |
URI: | http://repository.unitomo.ac.id/id/eprint/1523 |
Actions (login required)
View Item |